Kamis, 29 April 2010
ef-fagna
Entah apa yang menjadi alasan kedua orang tuaku sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan Amerika. Pindah atau hijrah dalam istilah mereka menuju daerah yang disebut sebagai negara berkembang, wilayah yang bisa dikatakan sepi, walau harus kuakui keasrian alamnya. Namun tetap saja jauh dari hal-hal yang identik dengan kata modern. Apa mereka tidak berpikir untuk meninggalkanku di Amerika, memgingat usiaku yang mendekati 35 tahun yang bial di Amerika usia
tidaklah menjadi bahasan. Dan kini setelah hampir 2 tahun kami tinggal di kawasan indonesia timur tepatnya dibekas jajaha portugis beberapa abad lalu, kehidupan kami boleh dikatakan ada kemajuan walau aku lebih sering didalam rumah, hal
yang sangat bertolak belakang dengan kedua orang tuaku yang aktiv dikegiatan sosial. Mereka berangkat sebelum pukul 07 pagi dan baru akan pulang setelah matahari tenggelam. Dipagi yang indah ini matahari belum setinggi jendela kamarku, hari libur ini ingin ku berjalan-jalan kepasar kabupaten yang berjarak 1 mil dari desaku. Aku menuju kamar mandi dibagian belakang rumah kami, segar rasanya air jernih ini ketika menuruni setiap kulit tubuhku. Mungkin 20 menitan aku menikmatinya dan sekarang kulilitkan handuk yang tak begitu besar untuk menutupi tubuhku, kulangkahkan kaki menuju kamar melewati ruang tengah yang saat itu kulihat lana anak saudara sepupuku yang dititipkan untuk bersekolah karena dianngap daerah kami lebih memiliki sarana yang mendukung untuk pendidikan. Seperti pada umumnya anak usia 11 tahun ini akan menghabiskan hari liburnya dengan menonton tv atau memainkan game. "theth" tiba-tiba tvnya mati, "yeach" serunya kecewa lalu kulihat lana bangkit dan berkata kepadaku "budhe lana mau main keluar saja lah", "ehh nanti dulu budhe periksa kenapa tv mati mungkin tegangannya nggak kuat karena budhe sedang memanaskan strika" kuperiksa
swithc otomatis disamping pintu. Karena letaknya yang tinngi membuatku menjinjit hingga bagian bawah tubuhku makin nampak dalam lilitan handuk. Kuperiksa juga sambungan kabel roll yang mungkin tercabut membuatku membungkuk tapi ternyata tak ada masalah, memang listrk padam dari pusat batinku. Dan dibelangku lana duduk diam memperhatikanku yang belagak sok pintar ini, lalu aku bilang pada lana akan mengajaknya kepasar untuk membeli baju. Pandangan mata lana terus mengikutiku hingga hilang dibalik pintu kamar. "ayo lan kita kepasar budhe sudah selesai" ucapku saat lana rebahan disofa karena menunnguku. Kami menuju halte bis umum setelah mengunci pintu dan pagar halaman. 15 menit kami menunggu bis yang akan mengantarkan kami kepasar kabupaten, sesampainya disana kami belanja keperluan dapur dulu dan setelah semua kebutuhanku terbeli kami naik kelantai atas tempat pakaian. Untuk menyenangkanya kuantar lana
ketempat baju anak, kuperhatikan ia beberapa kali melilih baju dan ahirnya lana menemukan baju yang ia inginkan setelah itu kami naik satu lantai lagi ketempat baju wanita. Disana lana hanya membuntutiku melihat-lihat baju, kerudung, yang tidak ada satupun membuat aku tertarik untuk mencoba hingga aku sampai toko yang hanya menyediakan pakaian dalam. Kami masuk mungkin 10 menit aku memilih-milih model ataupun warnanya dan lana tetap mengikutiku "yang ini baru ibu, mungkin ibu ada yang tertarik?" kata pemilik toko kuperlihatkan pakaian-pakaian yang ditunjukannya, kulihat lana juga memperhatikan tapi tetap saja aku tdak tertarik bukan karena modelnya tapi warnanya yang menurutku norak. Sampai ahirnya kutemukan juga daleman yang menurutku cocok untuk dipakai warnanya yang kalem, bahan yang lembut, dan juga model yang serasi. Selesai belanja dilantai pakaian kami terus pulang, sampai dirumah lana langsung berlari menuju ruang tengah dan menyalakan tv, "kamu lupa ini sayang??" kataku sambil mengankat tas plastik ungu yang berisi pakaian, dan kuletakan disampingnya. Sementara aku kedapur mnyimpan belanjaan dapur kami, aku kembali keruang tengah lagi dan
kudapati tasnya sudah dibuka. Tangan lana menggenggam baju barunya "coba dulu ya...." kataku dan lana bangkit kedepanku, kubantu ia memakai pakaian barunya. "bagus ya budhe" katanya lalu lana kembali menonton tv, saat iklan ditayangkan keponakanku ini bertanya dengan polos "kok yang budhe beli nggak dicoba?" membuatku kaget karena tahu
yang kubeli adalah pakaian dalam "ya nggak boleh dicoba disini sayang, harus coba dikamar, kan malu kalo kelihatan orang" penjelasanku. "orang siapa budhe? yang dirumah kan cuman budhe, memang siapa lagi" katanya lugu. "ini pakaian dalam, masa budhe telanjang disini", "tadi lana juga telanjang kenapa d=budhe tidak?" tanayanya lagi "lana ini masih anak-anak dan kalo budhe kan sudah dewasa jadi ya nggak boleh telanjang sembaranagan" jawabku. "tapi kemarin lana lihat budhe telanjang dikamar mandi". "lana nggak boleh cerita sama orang lain kalo pernah lihat budhe telanjang waktu mandiin lana kemarin, nggak sopan ya.." lalu lana berkata lagi "ya sudah kita kekamar mandi lagi supaya budhe bisa telanjang" pintanya
"sayang budhe kan sudah mandi" jawabku, namun kini kulihat raut mukanya yang kecewa karena permintaanya kutolak. Kupikir kasihan juga keponakanku ini "sayang ikut budhe kekamar kalo pingin lihat budhe mencoba pakaian yang baru budhe beli" aku bergegas kekamar dan keponakanku mengekor, setelah pintunya kututup aku berdiri disamping
ranjang dan duduk ditepiannya, kuletakan tas yang berisi beberapa BHdan CD yang baru kubeli. keponakanku masih berdiri mematung dijarak 1 meteran, kuikatkan kedua ujung kerudungku ke leher lalu satu persatu kancing bajuku kulepas, dan kutanggalkan di ranjang. Kini kuambil satu BH warna krem dari dalam tas dan kuletakakn diatas paha, kuturunkan talinya dilenagan dan tangan kiriku kebelakan mencari pengaitnya sedang tengan kanan kugunakan untuk menutupi payudaraku. "klik" pengaitnya terlepas selanjutnya tangan ku menariknya dan meletekannya di samping dudukku lalu kuambil BH yang baru kubeli, saat kukenakan mata keponakanku tak berkedip melihat payudaraku yang menggantung bebas, terlihat beberapa kali ia menelan ludah. Selesai mengenakan BH dan baju kurapikan kerudungku kembali.Kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, keponakanku terus menatap bagian dadaku dari celah kancing bajuku yang tidak terpasang. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata, “de, kenapa melihat dada budhe terus ?” keponakanku sedikit terkejut. Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab, “Ngak ada apa-apa, kok..”
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu. “de, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok”, kataku. Tanpa menunggu tanggapan dari keponakanku, aku melebarkan bagian dada bajuku sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas walau masih tertutupi BH. keponakanku yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan keponakanku untuk menjelajahi dadaku dengan pandangannya.
Akhirnya keponakanku menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku, “budhe, bolehkah lana memegangnya ?” Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, keponakanku segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi
keponakanku mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku. Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian keponakanku. Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejab keponakanku berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula. Setelah beberapa saat lamanya, keponakanku melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata, “budhe, kalau boleh aku juga ingin melihat memek budhe” Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rok panjangku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya. “Kamu buka sendiri celana dalam budhe”, kataku. keponakanku segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku. keponakanku membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku. “budhe, ini indah sekali”, katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut. Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, keponakanku menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah keponakanku menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali . Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, keponakanku mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dashyat. Aku tidak bias berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara keponakanku terus saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan. “de, buka pakaian budhe...”, kataku sambil mendesah-desah. keponakanku tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka kancing bajuku satu per satu, dan bagian atas tubuhku masih tertutp BH dengan kerudung. Serta dari balik rokku keponakanku meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku. keponakanku terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan seperti ini. “budhe cantik sekali. Tubuh budhe bagus dan sexy”, katanya. Aku tersenyum dan berkata, “Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi budhe. budhe mau berhubungan intim dengan kamu, kok..” Dengan tersenyum, keponakanku kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan lidahnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh lidahnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu, keponakanku mulai menggerakkan kepalanya maju mundur sehingga lidahnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu lidah keponakanku agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku. Setelah beberapa saat, keponakanku menarik lidahnya dan memberikan
isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan lidahnya masuk kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya keponakanku melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mengerangan kenikmatan. Rasa hangat di dalam rahimku Setelah menyemburkan sperma, Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat lidahnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilatkan sperma yang melekatinya dimulut keponakanku. Setelah itu, Aku membalikkan badanku dan melepas kerudung, rok panjangku ditariknya hingga membuatku dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa spermaku yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar. keponakanku kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang “budhe, tadi enak sekali. memang nikmat”, katanya. Aku tersenyum saja dan lalu berkata, “Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 11 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks ?” “Ah, budhe. ini sudah sering melakukannya sama ibu di rumah..” Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, adikku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya adikku tidak akan mempermasalahkan
hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya. “Terus, mana yang lebih enak ? ibumu atau budhe ini ?” keponakanku tersenyum sambil berkata, “Keduanya sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, lana
masih lebih suka melakukannya dengan budhe soalnya budhe lebih cantik dari ibu, sih..” “Apa kamu sering melakukan dengan ibumu ?” “Kalau ayah ngak ada di rumah saja” Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian keponakanku berkata,
“budhe,lana mau lagi.”
Kamis, 08 April 2010
ummi Annida
ummi Annida sudah cukup lama menjadi ustadzah di rumah bapak amin. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. ummi Annida merasa kerasan karena keluarga bapak amin cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang ustadzah. ummi Annida sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan bapak amin, yang karena kesibukannya sehingga harus menyerahkan kewajibanya membimbing anak-anak kepada ummi Annida.
Walaupun bukan dari kota, ummi Annida tergolong wanita yang cerdas, aktif, dan menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 42 tahunan. Penampilannya seperti umumnya aktifis muslimah. Ia pandai beradaptasi sehingga cepat mendapat banyak rekan terutama partai keadilan. kesibukan membuat jiwa dan raganya sehat, tubuhnya nampak masih sintal, berwibawa dan keibuan.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, ummi Annida masih memiliki energi yang tinggi karena ternyata selain mengajar dan koordinator aktifis, ia penulis yang produktif.
Malam itu, ummi Annida kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan syahwatnya yang menggebu-gebu. Sebenarnya terpikir untuk melakukan onani namun hal itu tak cukup.Akhirnya ummi Annida hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.
Dalam mimpinya ummi Annida merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik leleki yang dicintainya. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka sedikit demi sedikit, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi dari bali bra. Tanpa sadar ummi Annida mengigau sambil membusungkan dadanya.
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”
Kedua tangan ummi Annidaa memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di susunya. ummi Annida terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.
Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu, menyelinap masuk lewat bawah jilbab yang masih dikenakan. Ia mengira suaminya yang yang baru datang dari desa dan langsung sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas kedatangannya ini meski sudah larut. Apa tidak takut. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau itu bukan suaminya yang datang?
ummi Annida langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan lelaki yang tengah menggumulinya. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan suaminya?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah raffa, putra tunggal bapak amin yang masih berumur 15 tahunan!?
“raffa?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
“ ngapain di kamar ummi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah raffa yang merah padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“ummi..ngghh.. anu.. ma-maafin raffa..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah ummi Annida.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak bapak amin berani berbuat seperti itu padanya.
“raffa.. ngghh.. tadinya mau minta tolong ummi bikinin PR..” katanya menjelaskan.
“Tapi waktu liat ummi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. raffa nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. raffa.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan abah gimana?” Tanya ummi Annida.
“raffa tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab raffa ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya ummi Annida penasaran
Kepala ummi Annida bagaikan disamber geledek mendengar ucapan raffa. Berarti dia tahu perbuatannya yang sering nonton adegan hubungan suami istri di tv, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa raffa pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin ummi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak ummi Annida makin penasaran.
“raffa suka ngintip.. ummi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah baju panjang ummi Annida yang sudah tersingkap lebar.
raffa melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada ustadzahnya itu. ummi Annida dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang terbuka. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu ummi Annida dalam hati.
“Boleh khan ummi?” kata raffa kemudian.
“Boleh apa?” sentak ummi Annida mulai tajam.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta raffa tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali ummi Annida.
“raffa jangan kurang ajar begitu sama ummi.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”
“ boleh ya..? Nanti Andre bilangin lho..kalo ummi sering nonton ” kata raffa mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata ummi Annida gusar.
“Kalau gitu boleh dong raffa?”
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, keluhnya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! ummi Annida berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. ummi Annida lalu tersenyum kepada raffa seraya meraih tangannya.
“raffa mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan raffa ke atas payudaranya yang sudah tertutup baju dan kerudung.
“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
raffa meremas kedua bukit kembar milik ummi Annida dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana raffa.. enak nggak?” Tanya ummi Annida sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir ummi Annida.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?
Setelah berpikiran seperti itu, ummi Annida menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal ummi Annida jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah suaminya, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumulinya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.
Lalu ummi Annida membuka kancing bajunya, menyingkap jilbab dan membiarkan raffa meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. raffa mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah ummi Annida yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit ummi?” tanyanya.
“Nggak ffa. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”raffa mengikuti semua perintah ummi Annida. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir raffa dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.
"ups...Oughhh......!!Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss...”
ummi Annida terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan raffa satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan ummi Annida seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan raffa di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya ummi Annida mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. ummi Annida menuntun menuju batas celana dalam.
Raffa terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh ummi Annida.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh ffa!”
Raffa semangat mendengar erangan ummi Annida yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan ummi Annida. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar ummi Annida melenguh. Raffa meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari raffa mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. ffa masukin terusshh.. ya begitu. Oohh anak pinter!” desah ummi Annida mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh raffa berbuat ini dan itu. Tangan ummi Annida mulai menggerayang ke tubuh raffa. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya.
“Mmmpphh..”, desah ummi Annida begitu merasakan batang anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang raffa mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar suaminya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan ummi Annida mengocok perlahan batang itu. rffa melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.... uueeanaakkhh! ” pekik ummi Annida perlahan.
ummi Annida tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat ummi Annida semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang kewanitaannya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu..,Oooohh...Aaahhhh....aaa...aaa...mau...lagi........ ummi Annida merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Raffa terperangah menyaksikan ekspresi wajah ummi Annida yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Araffa menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat ummi Annida kesakitan.
“ummi? ummi Annida kenapa? Nggak apa-apa ?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. ummi Annida justru sedang menikmati perbuatan raffa,” demikian kata ummi Annida seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir raffa dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Raffa senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara ustadzahnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
“Aduh enakk.. enak sekali. raffa pinter.. uugghh!” erang ummi Annida kenikmatan.
ummi Annida benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik anak ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin raffa masih perjaka tulen. ummi Annida semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh raffa hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu wajahnya dengan penuh nafsu.
Tubuh raffa berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah ummi Annida mempermainkan hidungnya, kemudian melata-lata ke sekujur lehernya. Raffa merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut. Bahkan saking enaknya, raffa merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. ummi Annida rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan pelukanya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan raffa sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh ummi.. kenapa?” Tanya raffa bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.
“Nggak apa-apa. Tenang saja, ffa. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh raffa.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, ummi Annida mengarahkan batang raffa persis ke arah liang kewanitaannya. Perlahan-lahan tubuh ummi Annida turun sambil memegang raffa yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak....... ouchhhh?”
“Aduuhh.. ummi Annida.. aapphh..! ” pekiknya.
raffa merasakannya seperti disedot liang kewanitaan ummi Annida. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. ummi Annida tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukannya.
“Auugghh eehhhhhhh..uueennaakk! ” jerit ummi Annida seperti kesetanan.
“Terusssssss, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“ummi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya ...... ayo.. keluarin aja. ummi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.
Raffa mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang ummi Annida dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh ummi Annida erat-erat, raffa menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”
“Aaakkhh..” ummi Annida juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan eratnya.
“Ooohh.. achhhhhh....ehhhhhh.. hebat sekali..”
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum ummi Annida mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada raafa.
“Gimana. Enak khan?”
“Iya umi, enak sekali,” jawab raffa seraya memeluk ummi Annida.Tangannya mencolek nakal ke buah dada ummi Annida yang menggelantung persis di depan mukanya.
Tangan ummi Annida kembali merayap ke arah batang raffa yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.raffa hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya tubuh ummi Annida ketika menggulumulinya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar ummi Annida dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.
Senin, 05 April 2010
Adik iparku dan keponakanku
Adik iparku
Dirumah ini kujalani hidup yang bisa dikatakan tidak sebagai
mana layaknya sebuah keluarga sakinah, Dimana seorang istri seharusnya
mampu menjaga amanah dari suami. Seorang istri yang telah berani
menodai dirinya dengan membagi cinta kepada lelaki lain. Bersama adik
ipar dan keponakan diri ini telah mewarnai hidup bukan hanya dengan
indahnya pelangi juga dengan hitam pekatnya dosa.
Mentari pagi menyinari rumput halaman rumah dengan cintanya
yang menjadikan asri, udara yang segar mengalir bebas menyusuri tiap
jenkal tanah yang membasah. Lantai rumah, perabot dapur, dan sisa
sarapan pagi kami telah kubereskan. " kini giliranku bermanja " suara
lirihku berkompromi dengan keseharian ku sebagai istri.
Kaki kulangkahkan menuju kamar mandi, sambil menunggu kran mengisi
penuh bak mandi kutanggalkan satu-persatu baju yang kukenakan. ringan
sekali kurasakan tanpa sehelai benangpun yang menempel dutubuhku,
kuamati tiap lekuknya pada selembar cermin yang menggantung.
Tumpukan lemak setelah persalinan anak pertamaku menghilang
berkat usahaku yang gigih berdiet dengan pola hidup yang sehat. Dan
dari cermin itu kulihat air telah mencapai bibir bak kubalikan badan
dan dengan segayung air raga ini mulai basah berulang-ulang hingga
seluruhnya. Kini foamsoap merayapi kulitku dengan busanya yang wangi
lembut terasa meresap dipori-pori, kuguyurlagi dengan air untuk
membilas busanya. Air membuat tubuh ini segar sesegar udara pagi,
air membuat kulit ini cerah secerah mentari pagi, dan sabun ini
mewangikan ragaku sewangi kembang yang mekar menyambut hari.
Hampir 25 menit aku berada dikamar mandi, dengan selembar
handuk kusapu tubuhku lembutnya memberi kenyamanan, selanjutnya
kulilitkan ketubuhku. setengah dada hingga pahaku terutupinya.
Sampai dikamar kubuka lemari pakaian, pertama kupungut bra dan
kukenakan, setelan rok dan blus warna terong kupilih kupadankan
dengan kerudung yang senada. Lama kuamati wajahku yang tanpa riasan
" 'aa...'aaa....'aaaa..... " tangisan anakku menyadarkanku dari
gejolak syahwat yang tiba-tiba bangkit, walau tanpa sadar telapak
tanganku membelai-belai daerah segitiga dibawah pusar. Kubergegas
mencari bayiku yang sejak pagi dimomong oleh adik iparku, diruang
keluarga kudapati bayiku tengah merengek dalam bopongannya, mereka
baru muncul dari balik pintu mungkin habis bermain dengan tetangga
dan karena lapar makanya bayiku nangis. " 'aaaaa......'aaaaaa....."
makin kencang saja. Kupercepat langkah kakiku dan dengan reflek
kusingkapkan kerudung yang menutupi dadaku, dua atau tiga kancing
bajuku kutarik kesamping dengan tangan kiri, dan dengan tangan kanan
kurogoh serta kuremas-remas susu sebelah kiri kukeluarkan dari dalam
bra. " sini,sini sayang,,,cup cup cup,,,mau mimi yachhh " kuambil
bayiku dari gendongan adik iparku yang berdiri ditengah ruangan.
Susuku yang sedari tadi telah kukeluarkan langsung disambut mulut
mungilnya, tanpa kuketehui adik iparku menatap tepat kepayudara yang
membusung ini dan kami berdiri saling berhadapan rapat. Dadaku yang
dulu hanya ia lihat dari balik kerudung lebarku kini tak ada apa-apa
yang menutupinya. Sejenak ia membisu " cup...cup....cup.....pelan
saja sayang " ucapaku pada bayi yang ada dalam gendongan kami satu
tangan kiriku dan tangan kanan adik iparku.
" ups " ucap ku tersadar ketika ada tangan yang melingkar
pada pinggang mencoba menarik lebih rapat. " jangan " nada suaraku
meninggi tapi sudah terlambat karena tubuh kami sudah menempel, ada
yang hangat kurasa pada bawah pusar. Kutengadakan wajah menatap muka
adik iparku yang memerah " jangan! " kuulangi lagi kata itu walau tak
digubrisnya, tangan kanannya melepas gendongan bayiku bergerak ke
pinggung memeluk lebih erat. Dan dua kecupan kilat melumat bibir ini
" semanis madu mba " ucapnya di susul dengan kecupan-kecupan yang
tidak hanya pada bibir. Janggut, hidung, tulang pipi juga dikecupnya,
membuat tubuhku merinding dan diam dalam seribu perasaan yang ada.
Satu tangannya kuat mencengkram dipinggangku dan yang satu bergerak
bebas penuh tenaga merayapi punggung. Kembali kecupan yang dalam
menyentuh alisku, nafasnya hangat dikening " dik jangan, mba ini
milik abangmu " yang dalam hati aku merasa senang mendapat perlakuan
seperti ini tapi sebagai kakak yang baik aku merusaha menyadarkannya
tanpa herus menyinggung harga diri adik iparku. Namun adik iparku
benar-benar lupa dengan siapa ia kini berhadapan.
Tangan kanannya menari tali bra yang masih menggantung pada
pundakku, nafas kami saling beradu sama-sama mulai membara. Gejolak
syahwat yang tadi sempat meredup kini menyala-nyala kembali bagai
sebongkah arang diperabuan yang merona merah ketika angin menari-nari
diatasnya. Satu tangannya kuat meremas pantat kananku sambil menekan
kan pada tubuhnya, oh rasa hangat kembali terasa pada pusar ini.
KUpalingkan wajah ini kekanan dengan cepat seolah-olah memberi
perlawanan kecil walau sebenarnya aku hanya berpura-pura, namun
ini malah membuat kerudung yang kukenakan mekin tersinkap dan leher
jenjangku segera disambarnya dengan kecupan dan sapuan lidahnya
menjadi-jadi, beriring dengan gigitan kecil-kecil diantara leher dan
pundak memberikan sensasi yang benar-benar membuat jiwaku melayang.
Desahan dan dengusan pelan mengalir dari mulut dan hidung,
hingga kaki melangkah mundur seraya membimbingnya menuju kamar ketika
tiba didepan pintu kamarku " tunggu ya biar dede bobo dulu..." kataku,
kubuka pintu dan aku masuk. Maksudku ingin supaya adik iparku tidak
ikut kedalam dan menunggu dikamarnya, tapi mungkin ia sudah tidak kuat
menahan nafsu sehingga malah mengikutiku masuk dan langsung mengunci
pintunya. Kurebahkan anakku diranjang, dan dari arah belakang adik
iparku menciumi pundakku turun menyusuri lengan hingga siku kembali
naik, dan saat ditengah lengan dengusan nafasnya terasa menyembur
disusuku spontan lidahnya menyapu-nyapu sisi luar dadaku, menyelinap
kecelah bra dan terus manari-nari. Hingga saat aku sedikit menggeliat
membuat mulut bayiku terlepas dari putingku dan langsung ditangkap
kedua bibirnya. Dipilin-pilin dengan lidah diantara gigi dan bibir
" aduhhh....ochhhh....ochhhh..........hesttttttttttt.........."
bibirku merancau-rancau. Tangan kanannya menyelinap lewat bawah ketiak
merogoh-rogoh payudara bagian kanan sedang tangan kirinya terjun
melalui perut, pusar, dan kedua pahaku luar juga sisi dalam naik
turun hingga saat jemari-jemari itu menyentuh segitiga kewanitaanku
yang berada pada pangkal dua paha. " achhh!..achhh!..achhh!!!,jangan
keras-keras dik "
Tidak ingin hubungan badan kami terganggu bila bayiku terbangun
kuajak adik iparku kesofa samping kanan ranjangku, aku langsung
menjatuhkan tubuh dengan duduk santai kusuruh adik iparku untuk
jongkok “ ayo mulai …” bisikku dan kini aku telentang disofa.
Kuminta adik iparku mengulum pentil payudaraku dan lidahnya bergerak
sesuai perintahku. Aku tahu kalau adik iparku itu masih ‘hijau’ maka
aku ‘menuntunya’ untuk menelusuri tubuhku dengan lidahnya dan
mengajarkannya bagaimana seharusnya dia menggunakan lidahnya ketika
mulutnya mencapai bagian-bagian yang peka pada tubuhku.
“ ya..disitu…ahhh…..di emut …emut clitoris mba…ahhhh, yah
masukan lidahmu …ohhh….” namun irama yang tidak konstan serta pecahnya
perhatian antara menikmati dan menyuruhnya membuatku sulit mencapai
puncak yang kudambakan.
Belum limabelas menit adik iparku menjilatiku aku melihat kalau
kemaluannya sudah mengeras lagi…dasar anak muda………………………….
Kusuruh adik iparku telentang dan dengan posisi diatas aku mengarahkan
kemaluanku yang sudah teramat basah …….dengan perlahan aku menurunkan
pinggulku ke mulut adik iparku, kugoyang-goyang hingga adik iparku
gelagapan kerena wajahnya tertutup selangkanganku. Dan “Ahhh..…enak….
aduh….hh....Ssshhh….aaaahhh…aduh dik….” beberapa kali dari liang
kewanitaanku mengalir deras madu syurganya dunia yang semuanya
tertampung pada mulutnya. Lebih dari lima kali maduku mancur tanpa
dapat kutahan.
Dan masih pada posisi aku duduk diatas dada adik iparku.
kuangkat satu kakiku untuk bisa melepas rok yang masih kukenakan. Kini
hanya kerudung dan bra yang masih tersisa, selanjutnya ku lepas satu
per satu baju adik iparku sampai ia telanjang seperti patung.
Kugeser turun duduku hingga tepat berada diatas kemaluan adik iparku
dengan atraktif kulepas kerudungku, mata adik iparku makin tebelalak.
Dan untuk selanjutnya dengan sedikit marebahkan tubuh kugunakan satu
siku tangan untuk menopang tubuh ini. " bantuin mba lepas bra dik "
tanpa menunggu lama tangan kirinya merayap kepunggungku mencari
pengait bra, ibu jarinya menekan lembut dan " oups.."
kutangku jatuh untung tangan kanan adik iparku masih disusuku
yang kiri kuat mencengkram dan sesekali meremas atau menggerayangi
susuku yang kanan. Kulempar braku kesamping dan dengan tubuhku
menindih adik iparku ku dekap erat kepalanya. Ku angkat sedikit
pantat ku hingga membuat kemaluanya yang tegak berkedut-kedut
tepat mengarah pada liang kewanitaanku.
Dengan pelan kutekan pingguluku, Kemaluan adik iparku mulai menembus
masuk….cukup lama aku berjuang agar kemaluan itu bisa menembus masuk
kemaluanku yang ternyata cukup sempit untuk miliknya dan akhirnya
setelah hamper semua terbenam aku mulai bergerak, kedepan …kebelakang
kadang pinggulku berputar dan naik turun.
adik iparku cukup kreatif…. Tangannya juga bekerja meremas
dan sesekali kepalanya terangkat mencium dan mengulum pentil payudara
ku.
“Ssshh…ah.. dik….hesttt..aduh..enak….” aku mulai meracau dan seirama
denga gerakanku, aku merasa gelombang kenikmatan mulai menerjang dan
naik…naik….dan aaaacchhhhhhhhhhh……..dengan setengah berteriak aku
mencapai orgasmeku, orgasme yang sangat dahsyat yang sudah lama
aku tidak pernah bisa raih.
Aku terkulai diatas dada adik iparku dan bibirku mencari bibirnya,
kami berciuman cukup lama.
Aku tahu kalau adik iparku masih belum ‘keluar’ lagi…, namun aku
sudah terlalu lelah untuk berada diatas.., maka aku melepaskan diri
menyuruhnya diatas dan kini dengan aku dibawah kakiu terbuka lebar
dengan salah satu kakiku menyangkut kesenderan sofa dan adik iparku
dengan mudah kali ini memasukiku.
Gerakan adik iparku teratur dan terasa bagaimana kemaluan besar
itu menusuk dan mengexplorasi bagian dalam kemaluanku hingga bagian
yang belum tersentuh oleh suamiku dan gelinjang serta perasaan
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak dik. aauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh..
enak banget,” nikmat yang tak tertahankan membuat gelombang menuju
orgasme kembali menerjangku.
“Iya …aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus enjot memek
mba sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahku tertahan
saat aku makin kuat menghentak. “sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… mba
klimaks lagi dik"
adik iparku semakin mempercepat gerakannya dan aku mencoba
mengimbangi gerakannya dengan goyangan pinggulku dan akhirnya dengan
tertahan “mba..aku mau keluar……”
“Keluarin Dik……” dan aku menjepit pinggang adik iparku dengan kedua
kaki yang kutautkan sehingga kemaluannya terbenam semakin dalam dan
akhirnya dengan erangan keras bersamaan dengan orgasmeku, aku
merasakan cairan hangat menyemprot jauh didalam..
Suara desahan, erangan dan nafas memburu kami terdengar jelas
dikeheningan kamar dan akhirnya kami berdua melemas berpelukan erat.
“dik…., maafin mba ya…., mba membuatmu melakukan ini, lupa
kalau mba adalah milik abangmu” kataku
“mba…., saya selalu mengagumi mba…mba adalah wanita paling cantik
yang ku kenal…dan mba sama sekali tidak salah…” jawabnya sambil
mengecup bibirku.
“Tapi ini tidak bisa jadi kebiasaan dik…., kalau abangmu tahu………..”
kataku tidak melanjutkan.
“saya tahu, ……. mba…jangan kuatir”
Siang itu kami banyak bercakap – cakap dan tidak merasa
perlu menyesalkan peristiwa ini ,
Selama hampir tiga minggu kami melakukan hubungan badan, pagi
siang, sore kami sering melampiaskan syahwat, bila suamiku dirumak
sex cepat adalah satu-satunya cara yang dapat kami lakukan walau
sambil curi-curi waktu saat suamiku keluar atau sedang memomong
bayiku. Jika malam hari syahwat ini bangkit beberapa kali aku
mengendap-endap kekamar adik iparku untuk melampiaskannya.
tak terasa musim liburan tiba, karena beberapa alasan dari mertuaku
adik iparku harus kembali kekampung, yach mungkin dalam tiga hari
kedepan aku akan datang bulan. Dan yang membuat kalut hatiku adalah
setelah bersih syahwatku pasti berontak karena selama tujuh hari
mutlak aku tidak dapat menyalurkannya.
Yang kutahu adik iparku sedang dikampung sedang suamiku tak
mampu memberiku kepuasan syahwat. Hingga pagi itu setelah dua hari
yang lalu datang bulanku selesai.
Cerita baru akan segera mengisi hari-hari ku
Langganan:
Postingan (Atom)