Kamis, 16 Juni 2011

Dari Pramugari menjadi seorang Pengabdi

Skenario film pendek

Tema ; seorang isteri bernama Solehah yang berasa kecewa kerana suaminya ingin berpoligami

Judul ; Dari Pramugari menjadi seorang Pengabdi

Tokoh ; #1. Jusnita

#2. Nici

Lokasi ; rumah nici

naskah ;


Scene 1

Nici, kepalanya tertunduk dalam keremangan menjelang malam didepan pagar rumahnya. pelan roda sepeda motor yang kemudian berhenti didekatnya,

Jusnita ; "hallo,,,, kok kamu disini"

(sambil membuka kaca helm)

Nici ; "ia lah, saya tinggal disini, mari masuk"

(ajak Nici, seraya menuju gerbang)

; “ayo,,, nunggu apa?

Jusnita ; “Mmmm, sebentar saja yah,”

(dan mengarahkan sepedamotornya, mengikuti Nici)


Scene 2

Didalam rumah small and modern stylish

Jusnita ; “Monogen?,,,”

(berhias senyum nakal yang menggoda)

Nici ; “Sekarang dengan Ibu”

(balasnya ringan)

Jusnita ; “bener nih gak nyari teman?”

(duduk dan merapikan rok pankangnya)

Nici ; “soft bir, cola, ice kapucino, mau minum apa?

(sambil membuka coolbox)

Jusnita ; “cola,”

(terdengan suara datar dan berbobot darai bibir eksotis berwarna ungu)

Nici ; ”the RED AND BLACK, yang menggema seantero jagad dan selalu menjadi sponsor utama perhelatan 4 tahunan FIFA”

(berjalan sambil menenteng dua kaleng warna merah dan meletakkannya)

Jusnita ; benda bundar yang diperebutkan karena hanya ada satu dalam lapangan yang diisi 22 pemain,”

(menatap tajam pada mata lawannya)

Nici ; “diperebutkan dalam arti dipermainkan, begitu ?”

(duduk disebelahnya)

Setelah mereka minum suasana menjadi senyap, Nici menatap mata Ibu Jusnita yang terlihat menerawang jauh seolah mampu menerobos dinding

Jusnita ; “seperti yang kamu katakan mereka yang minoritas atau bahkan sendiri akan menjadi obyek permainan, dalam tanda kutip eksploitasi”

(sambil menghembuskan nafas panjangnya )

Nici ; “nggak sejauh itulah, setiap individu berhak memainkan peran sesuai kemampuan dan cita-citanya”

(kilahnya dengan menatap fotoArt “BLACKNIGHT BUILDING” didinding)

Jusnita ; “SANG SUBVERSIV, maksudmu?

(seraya berkelekar ringan ketika menyadari bahwa pembicaraan mereka terlalu kaku dan memberatkan)

Nici ; “he e e e, uforia peralihan bulan September ke oktober”

(sambil membalas senyum Ibu Jusnita)

Jusnita ; “sampai kapan mau sendiri?”

(sambil merapikan jilbabnya)

Nici ; “sampai tadi”

(matanya menatap tajam menembus dalam jantung Ibu Jusnita)

Jusnita ; “Sampai tadi?

(dalam nada dan pandangan yang tidak mengerti)

Nici ; “iya tadi sendiri, lalu Ibu datang artinya sekarang kan tidak sendiri”

(sanggahnya polos)

Jusnita ; “hemmm mulai ngerayu nih, apa gak kesepian lalu kalau lagi mood?”

(komentar Ibu Jusnita genit)

Nici ; “ada deh, gimana caranya”

(sambil meniup nafasnya)

Jusnita ; “kamu mau sama Ibu, untuk membantu melepas kepenatan ini”

(dengan nada lirih memelas sambil menunjuk jatung didada kirinya)


Scene 3

Flashback dimana mereka bertemu ketika mid semester


Scene 4

Jusnita ; “cium bibir ibu sayang sini, Ibu ingin bahagia”

(Ibu Jusnita merapatkan duduknya dan dengan tangan kiri memeluk pundak Nici sedang tangan kanannya meraih wajah Nici mendekatkan kebibir)

Nici ; “Ibu, ahh”

(mengecup bibir Ibu Jusnita)

Jusnita ; “setttT,,,lagi sayang eh..hmmm Ibu suka sayang”

(sambil terus berpagutan tangan kanan Ibu Jusnita mulai meremas-remas payudaranya yang kiri, lalu membuka beberapa kancing bajunya dan membimbing Nici untuk bermain-main dengan dada kirinya yang membusung indah)

; “jilatin yang ini sayang,,,,”

(tangan Ibu Jusnita merogoh satu payudaranya untuk Nici, dengan cepat kulit mulus itu mengkilap oleh air liur)

; “yang kanan juga dong,,,ahhh,,,eh hmmm kamu boleh netek sayang”

(setelah menyingkapkan ujung jilbab yang menghalanginya, mulut Nici liar menetek sepasang payudara indah milik Ibu Jusnita bergantian sementara tangannya melanjutkan untuk melepasi kancing-kancing bajunya hingga tanggal kelantai)

; “sayang, sekarang kamu jilatin seluruh tubuh Ibu ya,,,,hemmm hesstt ah, nikmat banget ah ah ah h h h h h h”

(basah semua tubuh bagian atas Ibu Jusnita yang telah terbuka, lalu tangannya kembali mengarahkan mulut Nici untuk netek ke payudaranya.

; “Ibu ingin yang lebih dari ini sayang,,,,ah ah SETTT”

(didorongnya tubuh kecil dihadapannya, selanjutnya Ibu Jusnita mengangkat rok panjang yang dikenakan dan membuka lebar kedua paha gempal, mulus)

; “kini giliran kaki Ibu ya,,,sapu dengan lidahmu sayang,, ah dari telapak kaki terus naik hingga lutut, Mmmmm ehhh,,,, yang kanan sayang settt ah ah enaaakkk,,,terus pahanya hemmmm,,, uh uh uh uhhh uuuu”

(sambil menikmati permainan anak didiknya Ibu Jusnita melepas CDnya, lalu dengan jari telunjuk dibimbingnya mulut Nici ke bagian paling tertutup dan peka ini, sambil menggosok-gosok selangkangannya sendiri satu tangannya tak diam dengan merabai payudaranya bergantian dengan sekali-kali dipiling-pilin putingnya)

; “Ibu keluar sayanggggggg hrrrmmmmmmm,,,,,,ahhhhhh”

(kepala Ibu Jusnita mendongak, matanya tebelalak, dan penggungnya melengkung sementara tangan kanannya kuat meremas dada yang kiri, satu tangannya membenamkan kepala Nici dalam selangkangan dan dibarengi himpitan kuat kedua paha. Lalu cairan putih kentak meleleh keluar dari lubang kemaluan Ibu Jusnita)

; “isap habis sayang,,hermm..lagi setttt ah arhhhhhhh”

(lenguhan panjang Ibu Jusnita mengahiri bagian pemanasan dari pemainan panas ini. Pelan dan berangsur nafas Ibu Jusnita tertata, walau keringat masih menetes diwajah cantiknya.)


Scene 5

Jusnita ; “terimakasih sayang, ini sungguh istimewa Ibu bahagia dan puas bersamamu, kecup bibir Ibu ya,,)

(kecupan itu mengawali pelukan hangat Ibu Jusnita)

; “ Ibu ingin memberi kamu sesuatu yang indah”

(lalu Ibu Jusnita meminta Nici mengantarkan kekamar, dan sambil berpelukan mereka menuju kamar. Setelah didalam Ibu Jusnita mendahului naik ke ranjang sementara Nici masih berdiri mematung Ibu Jusnita melakukan pemanasan dengan merabai tubuh indahnya mempertotonkan kebinalan wanita dewasa yang penuh pengalaman, meliuk-liuk bagai tarian ular beriringan dengan desah dan desisan misteriusnya)

; “sini sayang naik keranjang dan bahagiakan Ibu lagi, settt ahhh seetttt ah ah sini dekat Ibu.”

(dibantingnya Nici dan cepat rok panjang Ibu Jusnita tersingkap, terus merangkak naik dan duduk didada Nici. Dengan atraktif Ibu Jusnita bermasturbasi didepan wajah Nici yang terbaring)

; “ah uh ah uh ah uh aaaaa settttt hermmmmmm ahhhhh”

(sekitar 15menit adegan itu berlangsung, lalu dengan sigap Ibu Jusnita melucuti pakaian Nici hingga tak ada lagi yang menutupi demikian pula dengan rok panjang dan jilbabnya)

; “kamu siap sayang? Ibu akan antar kamu kesyurga dunia fana ini, ah hermmm”

(tubuh mulus dan sintal Ibu Jusnita merayap naik menindih Nici, dengan satu tangan kirinya meraih kebelakang punggungnya untuk melepas pengait bra)

; “sayang kamu nikmati ini yahhhh”

(pergulatan inipun dimulai, dengan tangkas Ibu Jusnita menuntun burung kecilnya menuju saarang kenikmatan tak berujung itu, goyangan putar, dan hentakan mengiringi bergantian tanpa lelah. Berguling ketengah ranjang sambil terus memompa semangat untuk menggapai puncaknya, geram irama dan hentakan nada serta gemuruh gelora yang pada ahirnya mengantarkan mereka ke puncak tertinggi dan menghempaskan kealam syurgawi)

; “Ibu keluar sayanggggg ahrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr”

(lalu Ibu Jusnita tekulai lemas diatas ranjang, sambil menikmati buaian indah tangannya meraih Nici dan merapatkanya dalam dekapan. Hingga mereka tertidur indah bersama)

Kamis, 03 Juni 2010

ummi rosyanita


siang itu, aku berhenti di depan sebuah warung kecil. Mau beli jus. Baru sekali ini aku ke warung ini. Seperti aku bilang tadi, aku mau beli jus. jus kemasan biasanya dipajang di bagian depan warung. Saat itulah kulihat seorang perempuan tengah nungging membelakangiku. Kelihatannya ia sedang menata barang dagangan.

Yang kulihat justru perempuan dengan busana serba tertutup. Ia pakai gamis panjang sampai mata kaki. Tetapi justru itu menariknya. Perempuan ini memakai gamis dari bahan halus berwarna biru muda. Kelihatan juga ia berjilbab biru tua. Jilbabnya panjang. Ujungnya sampai ke pinggulnya. Pada posisi menungging gitu, bagian muka jilbabnya jatuh sampai ke lantai. Dari celah jilbab di bawah lengannya terlihat tonjolan payudaranya yang menggelantung.

Yang pertama menarik perhatianku justru pantatnya. Dari belakang terlihat bundar. Di bundaran itulah terlihat cetakan garis celana dalamnya. Entah mengapa aku jadi tertarik mengamati terus gerakan pantat perempuan itu. Sekitar lima menitan aku pandangi pantat itu. Yang terlihat di mataku kini bercampur dengan gambar pantat telanjang. Tambah parah lagi karena sekali perempuan itu menggaruk pantatnya tanpa sadar ada yang mengawasi. Tanganku rasanya gatal, ingin mengelus dan meremas pantat bundar itu. Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang dan terkejut.

“Eh… mau beli apa dik ?” katanya di tengah keterkejutannya.

Aku lebih terkejut lagi. Ternyata, perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah sekitar empat puluh tahunan. Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…..Aku berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut, selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya ketika memeknya ditembus kontolku.

Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 3 SMP. Kaget juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Suaminya kerja dan baru pulang sore. Anak-anaknya sedang sekolah.

“Jadi sendirian nih, ummi ?” komentarku.

“Iya, dik. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.

Aku masih asyik dengan bayangan tubuh telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi. Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di hadapannya.

“Aduh, ummi… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.

“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.

“Gimana nih…. udah nggak tahan, mmi,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.

Kulihat wajahnya memerah.

“Eh…. tapi tunggu sebentar ya… kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.

Aku langsung menutup pintu warung dan menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.

“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.

Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.

Karena menunduk itu, ia kaget betul waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.

“settt...jangan melawan !” kataku setengah berbisik.

Ia tampak ketakutan betul. Tangannya segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci. Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.

“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.

“Jangan takut, saya cuma mau senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada kanannya yang tertutup jilbab lebar.

Ibu muda ini memekik kecil. Wow… payudaranya terasa kenyal dan mantap.

“ummi pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.

“Siapa nama ummi ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.

“Aduh…. aduh… ummi rosyanita… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.

Kulepaskan jepitanku pada putingnya. Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas gundukan lubang kewanitaannya.

“Ohhh… jangan… jangan….” ummirosyanita menggeliat-geliat.

“Jangan takut ummi… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.

Tanganku kemudian masuk ke balik gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi lubang kewanitaan cantik itu…

ummirosyanita terisak, memohon-mohon agar aku melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara celah lubang kewanitaannya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng ummirosyanita ke sofabed yang ada diruang itu. Setengah kubanting tubuhnya ke atas sofabednya. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan pelan kutarik gamisnya. Sampai akhirnya, tak ada sehelai kainpun kecuali BH dan jilbabnya.

Kupandangi tubuh yang putih mulus itu. Kedua kakinya menjuntai ke tepi sofabed. susunya berguncang-guncang ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua susunya dengan kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit benda mungil itu.

“Jangan berteriak keras-keras ya. Cukup mendesah-desah saja. Kalau ummi berteriak terlalu keras, nanti ada yang dengar,” kataku sambil menjepit puting kanannya, menariknya ke atas dan menempelkan lidahku ke sisinya. ummirosyanita tampak ketakutan dan menggigigit bibirnya.

Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar, lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur lubang kewanitaannya dari bawah ke atas.

“Eungghhhhh….” terdengar ummirosyanita mengerang.

Tak sabar, aku menguakkan bibir memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam lubang memeknya yang merahmuda dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang kewanitaan. Lebih berdebar lagi, karena lubang kewanitaan yang satu ini milik seorang perempuan alim berjilbab lebar !

Tiba-tiba ummirosyanita membuka mulut dan kemudian diteruskan oleh rabaan dan lama-kelamaan tangannya berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba ummirosyanita memelukku, dengan cepatnya ummirosyanita mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.

Dan ummirosyanita terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuk. Ketika bajuku dilepaskan oleh ummirosyanita tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja alatvitalku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga alatvitalku langsung diremas dengan liarnya setelah aku lihat ternyata ummirosyanita dengan ganasnya sedang memijit alatvitalku

Nia yang telah melepas jilbabnya langsung saja memgang alatvitalku dan diarahkannya ke lubang kewanitaannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya..
Bless.., “Aah..”, desah ummirosyanita.
Sementara ummirosyanita sedang asiknya menaik turunkan pantatnya diatasku, maka aku tarik BHnya keatas dan aku menjilati susunya.
“Ahh.. enak dik terus ... ohh..” desah ummirosyanita.
“Ahh.. ohh.sst” desah ummirosyanita yang bersahut-sahutan.
“Ohh.. yess lick my pussy dik ohh yess sst” racau ummirosyanita ketika klitorisnya aku plintir.

Sementara itu aku masukan jari tengahku ke lubang kewanitaannya sehingga membuat ummirosyanita meracau dan meliuk-liukan badannya.
“Ohh yes dik enak ...dalem lagi achh.. ohh..” racau ummirosyanita.
Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya ummirosyanita menggenjotnya semakin cepat dan mengerang.
“Ahh.. dik ummi keluar ....achh... ah..” desah ummirosyanita dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Ayu yang dengan cepatnya langsung melumat alatvitalku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan lubang kewanitaannya. aku segera turun dari sofabed dan memasukan kemaluanku ke lubang kewanitaannya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara ummirosyanita tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan susunya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap putingnya.

Setelah 5 menit aku jilati susunya maka tubuh ummirosyanita mengejang dan dia berteriak, “... ahh.. ummi keluar lagi.. ah..” sambil menekan susunya ke mulutku langsung saja aku menghisapnya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari ujung putingnya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.

Setelah ummirosyanita merebahkan diri di sampingku. Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang. Selang beberapa saat ternyata ummirosyanita sudah fit dan syahwatnya tidak lagi dapat ditahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan alatvitalku ke lubang kewanitaannya dan..
“Ahh.. sst ahh..uhgggg mentok dik .. ah..” desahnya.

“Ohh yess ohh lick it honey oh..” desah ummirosyanita.
Setelah 10 menit Kiki diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.

Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah ummirosyanita rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga ummirosyanita berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan alatvitalku ke lubang kewanitaannya terasa sangat sempit, ketika kepalanya mulai menyeruak masuk hingga ummirosyanita berteriak.
“Ahh.. pelan-pelan ummi...”
Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar lubang kewanitaannya ummirosyanita terbiasa karena aku melihat ummirosyanita mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah ummirosyanita tenang maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh alatvitalkuberada dalam lubang kewanitaannya
“Ahh dik sakit ah..” desah ummirosyanita.

Dan perlahan-lahan ummirosyanita mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali lubang kewanitaannya dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada tetesan darah keluar dari lubang kewanitaannya.
“Ahh.. sst.. terus .. enak ... oh.. dalam lagi ....” racau ummirosyanita.
Maka aku menarik ummirosyanita kepinggiran sofabed dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang ummirosyanita tidak kelihatan seperti umumnya ibu-ibu dengan tingginya sekitar 170 dan buah dadanya berukuran 36d.

Setelah 10 menit aku menggenjot ummirosyanita akhirnya mengerang.
“dikkk.. ummi keluar ahhhggr.. ohh....”
Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot ummirosyanita karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh ummirosyanita sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya ummirosyanita berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36dnya yang mengayun-ayun.
“Ahh ummi keluar lagi ... ah..” dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik tubuh ummirosyanita untuk mengangkang dan aku tusukan alatvitalku ke lubang kewanitaannya dan ummirosyanita dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan.
“Ahh.. terus.. esst enak terus.... oh..” racaunya.
“Enak ...., aah.. esst ahh”, racaunya tidak karuan.
Maka dengan semangatnya aku menggenjot lubang kewanitaannya dan setelah 10 menit ummi berkata, “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh..........ummi puas dikkk ehgrrrr”
“tunggu ummi aku juga mau keluar, barengan ya ahh” kataku.
Akhirnya, “dikkk..aaaaah..”, ser.. ser.. ser.., terasa deras sekali semprotan lubang kewanitaannya.
“Ahh aku juga ummiii... ah..”, crot.. crot.. crott.., akhirnya akupun orgasme bersamaan.

wak fini amirity


Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal syahwat, juga soal uang. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari serawak, namanya wak fini amirity. Menurut nenek wak fini amirity ini tinggalnya di pedalaman jadi agak keras. Tapi saat pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah pedalaman dari wak fini amirity. Wajahnya yang cantik (tak berbeda jauh dengan ummiku) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau wak fini amirity adalah wanita pedalaman. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau wak fini amirity orang pedalaman adalah logat bahasanya.

Akupun langsung akrab dengan wak fini amirity karena orangnya berwibawa, kalem dan keibuan. Wajahnya keliatan keturunan timur tengah dengan tinggi kutaksir 170 cm. Pinggangnya langsing, lebih langsing dari ummi, dan yang bikin pikiran kacau adalah buah dadanya yang kecang. Aku tidak tahu persis ukurannya tapi cukup besar untuk menyembul dari balik gamis dan jilbabnya.

Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah wak fini amirity haus sex. Akan merupakan sebuah pengalaman yang seru jika aku bisa menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan biasanya aku tidur dengan ummi, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.

Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, wak fini amirity dan seorang khodimat. Hari pertama niatku belom berhasil. Bebeapa kali aku menggoda wak fini amirity dengan cerita-cerita menjurus tapi wak fini amirity bergeming. Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi wak fini amirity, malamnya aku coba mengintip saat wak fini amirity mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.

Hari mulai malam ketika wak fini amirity masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat wak fini amirity menarik keatas jilbabnya, lalu menanggalkan gamis merah jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata wak fini amirity tidak memakai apa-apa lagi dibalik gamis tadi. Putih mulus yang kuidam-idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama wak fini amirity membasuh wajahnya. Sejenak wak fini amirity diam dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari wak fini amirity menjeljah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan wak fini amirity bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena punyaku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.

Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik wak fini amirity sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi wak fini amiritye memanggilku lirih.
“jani, nggak baik mengintip,” kata wak fini amirity.
“Ma ma maafin,” jawabku gagap.
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata wak fini amirity lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku sudah di depan pintu kamar mandi. mataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan. Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat wak fini amirity melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.

“Kamu pake ngitip segala,” ujar wak fini amirity.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar,” balasku.
wak fini amirity memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo wak fini amirity tuh orang pedalaman. Ternyata keahlian itu tak memandang desa atau kota ya.

Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian wak fini amirity memdekapku, nikat sekali rasanya. Atau mungkin disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Bebrapa detik kemudian setelah puas, wak fini amirity mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. dan maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat wak fini amirity menggelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut wak fini amirity.

“jani, kamu hebat,” ucap wak fini amirity.
“punya wak wangi dan manis” jawabku disela aktifitas menjilat.
Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus wak fini amirity.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, kamu tertipu ya, tapi ni, sekarang masukin yuk, wak bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata wak fini amirity lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.

Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan tongkatku ke lubang kewanitaanya. wak fini amirity mengerang dan merem melek setiap kuenjot dengan batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan tongkstku ke lubang kewanitaannya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan lubang kewanitaannya ketiga kuenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara aku masih tetep aktif keluar masuk.

Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini wak fini Sambil membungkuk, wak fini menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena tongkatku seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. wak fini mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.

Dalam beberapa menit kemudian wak fini memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke lubang kewanitaannya yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya wak fini sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.

Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“ni, wak fini mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.

Dalam hatiku curang juga nih wak fini, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut tongkatku dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh wak fini memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“wak fini aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya jai, wak fini mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh wak fini dan kamipun mandi bersama.

Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut. Kubiarkan wak fini yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, wak fini langsung menyusul ke kamarku setelah mengenakan gamis dan jilbabnya. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara. Kuhitung ada sekitar 8 kali kami keluar bersama. Aku sendiri heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun yang terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi

Kamis, 29 April 2010

ef-fagna



Entah apa yang menjadi alasan kedua orang tuaku sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan Amerika. Pindah atau hijrah dalam istilah mereka menuju daerah yang disebut sebagai negara berkembang, wilayah yang bisa dikatakan sepi, walau harus kuakui keasrian alamnya. Namun tetap saja jauh dari hal-hal yang identik dengan kata modern. Apa mereka tidak berpikir untuk meninggalkanku di Amerika, memgingat usiaku yang mendekati 35 tahun yang bial di Amerika usia
tidaklah menjadi bahasan. Dan kini setelah hampir 2 tahun kami tinggal di kawasan indonesia timur tepatnya dibekas jajaha portugis beberapa abad lalu, kehidupan kami boleh dikatakan ada kemajuan walau aku lebih sering didalam rumah, hal
yang sangat bertolak belakang dengan kedua orang tuaku yang aktiv dikegiatan sosial. Mereka berangkat sebelum pukul 07 pagi dan baru akan pulang setelah matahari tenggelam. Dipagi yang indah ini matahari belum setinggi jendela kamarku, hari libur ini ingin ku berjalan-jalan kepasar kabupaten yang berjarak 1 mil dari desaku. Aku menuju kamar mandi dibagian belakang rumah kami, segar rasanya air jernih ini ketika menuruni setiap kulit tubuhku. Mungkin 20 menitan aku menikmatinya dan sekarang kulilitkan handuk yang tak begitu besar untuk menutupi tubuhku, kulangkahkan kaki menuju kamar melewati ruang tengah yang saat itu kulihat lana anak saudara sepupuku yang dititipkan untuk bersekolah karena dianngap daerah kami lebih memiliki sarana yang mendukung untuk pendidikan. Seperti pada umumnya anak usia 11 tahun ini akan menghabiskan hari liburnya dengan menonton tv atau memainkan game. "theth" tiba-tiba tvnya mati, "yeach" serunya kecewa lalu kulihat lana bangkit dan berkata kepadaku "budhe lana mau main keluar saja lah", "ehh nanti dulu budhe periksa kenapa tv mati mungkin tegangannya nggak kuat karena budhe sedang memanaskan strika" kuperiksa
swithc otomatis disamping pintu. Karena letaknya yang tinngi membuatku menjinjit hingga bagian bawah tubuhku makin nampak dalam lilitan handuk. Kuperiksa juga sambungan kabel roll yang mungkin tercabut membuatku membungkuk tapi ternyata tak ada masalah, memang listrk padam dari pusat batinku. Dan dibelangku lana duduk diam memperhatikanku yang belagak sok pintar ini, lalu aku bilang pada lana akan mengajaknya kepasar untuk membeli baju. Pandangan mata lana terus mengikutiku hingga hilang dibalik pintu kamar. "ayo lan kita kepasar budhe sudah selesai" ucapku saat lana rebahan disofa karena menunnguku. Kami menuju halte bis umum setelah mengunci pintu dan pagar halaman. 15 menit kami menunggu bis yang akan mengantarkan kami kepasar kabupaten, sesampainya disana kami belanja keperluan dapur dulu dan setelah semua kebutuhanku terbeli kami naik kelantai atas tempat pakaian. Untuk menyenangkanya kuantar lana
ketempat baju anak, kuperhatikan ia beberapa kali melilih baju dan ahirnya lana menemukan baju yang ia inginkan setelah itu kami naik satu lantai lagi ketempat baju wanita. Disana lana hanya membuntutiku melihat-lihat baju, kerudung, yang tidak ada satupun membuat aku tertarik untuk mencoba hingga aku sampai toko yang hanya menyediakan pakaian dalam. Kami masuk mungkin 10 menit aku memilih-milih model ataupun warnanya dan lana tetap mengikutiku "yang ini baru ibu, mungkin ibu ada yang tertarik?" kata pemilik toko kuperlihatkan pakaian-pakaian yang ditunjukannya, kulihat lana juga memperhatikan tapi tetap saja aku tdak tertarik bukan karena modelnya tapi warnanya yang menurutku norak. Sampai ahirnya kutemukan juga daleman yang menurutku cocok untuk dipakai warnanya yang kalem, bahan yang lembut, dan juga model yang serasi. Selesai belanja dilantai pakaian kami terus pulang, sampai dirumah lana langsung berlari menuju ruang tengah dan menyalakan tv, "kamu lupa ini sayang??" kataku sambil mengankat tas plastik ungu yang berisi pakaian, dan kuletakan disampingnya. Sementara aku kedapur mnyimpan belanjaan dapur kami, aku kembali keruang tengah lagi dan
kudapati tasnya sudah dibuka. Tangan lana menggenggam baju barunya "coba dulu ya...." kataku dan lana bangkit kedepanku, kubantu ia memakai pakaian barunya. "bagus ya budhe" katanya lalu lana kembali menonton tv, saat iklan ditayangkan keponakanku ini bertanya dengan polos "kok yang budhe beli nggak dicoba?" membuatku kaget karena tahu
yang kubeli adalah pakaian dalam "ya nggak boleh dicoba disini sayang, harus coba dikamar, kan malu kalo kelihatan orang" penjelasanku. "orang siapa budhe? yang dirumah kan cuman budhe, memang siapa lagi" katanya lugu. "ini pakaian dalam, masa budhe telanjang disini", "tadi lana juga telanjang kenapa d=budhe tidak?" tanayanya lagi "lana ini masih anak-anak dan kalo budhe kan sudah dewasa jadi ya nggak boleh telanjang sembaranagan" jawabku. "tapi kemarin lana lihat budhe telanjang dikamar mandi". "lana nggak boleh cerita sama orang lain kalo pernah lihat budhe telanjang waktu mandiin lana kemarin, nggak sopan ya.." lalu lana berkata lagi "ya sudah kita kekamar mandi lagi supaya budhe bisa telanjang" pintanya
"sayang budhe kan sudah mandi" jawabku, namun kini kulihat raut mukanya yang kecewa karena permintaanya kutolak. Kupikir kasihan juga keponakanku ini "sayang ikut budhe kekamar kalo pingin lihat budhe mencoba pakaian yang baru budhe beli" aku bergegas kekamar dan keponakanku mengekor, setelah pintunya kututup aku berdiri disamping
ranjang dan duduk ditepiannya, kuletakan tas yang berisi beberapa BHdan CD yang baru kubeli. keponakanku masih berdiri mematung dijarak 1 meteran, kuikatkan kedua ujung kerudungku ke leher lalu satu persatu kancing bajuku kulepas, dan kutanggalkan di ranjang. Kini kuambil satu BH warna krem dari dalam tas dan kuletakakn diatas paha, kuturunkan talinya dilenagan dan tangan kiriku kebelakan mencari pengaitnya sedang tengan kanan kugunakan untuk menutupi payudaraku. "klik" pengaitnya terlepas selanjutnya tangan ku menariknya dan meletekannya di samping dudukku lalu kuambil BH yang baru kubeli, saat kukenakan mata keponakanku tak berkedip melihat payudaraku yang menggantung bebas, terlihat beberapa kali ia menelan ludah. Selesai mengenakan BH dan baju kurapikan kerudungku kembali.Kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, keponakanku terus menatap bagian dadaku dari celah kancing bajuku yang tidak terpasang. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata, “de, kenapa melihat dada budhe terus ?” keponakanku sedikit terkejut. Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab, “Ngak ada apa-apa, kok..”
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu. “de, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok”, kataku. Tanpa menunggu tanggapan dari keponakanku, aku melebarkan bagian dada bajuku sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas walau masih tertutupi BH. keponakanku yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan keponakanku untuk menjelajahi dadaku dengan pandangannya.
Akhirnya keponakanku menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku, “budhe, bolehkah lana memegangnya ?” Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, keponakanku segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi
keponakanku mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku. Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian keponakanku. Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejab keponakanku berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula. Setelah beberapa saat lamanya, keponakanku melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata, “budhe, kalau boleh aku juga ingin melihat memek budhe” Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rok panjangku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya. “Kamu buka sendiri celana dalam budhe”, kataku. keponakanku segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku. keponakanku membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku. “budhe, ini indah sekali”, katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut. Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, keponakanku menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah keponakanku menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali . Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, keponakanku mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dashyat. Aku tidak bias berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara keponakanku terus saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan. “de, buka pakaian budhe...”, kataku sambil mendesah-desah. keponakanku tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka kancing bajuku satu per satu, dan bagian atas tubuhku masih tertutp BH dengan kerudung. Serta dari balik rokku keponakanku meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku. keponakanku terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan seperti ini. “budhe cantik sekali. Tubuh budhe bagus dan sexy”, katanya. Aku tersenyum dan berkata, “Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi budhe. budhe mau berhubungan intim dengan kamu, kok..” Dengan tersenyum, keponakanku kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan lidahnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh lidahnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu, keponakanku mulai menggerakkan kepalanya maju mundur sehingga lidahnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu lidah keponakanku agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku. Setelah beberapa saat, keponakanku menarik lidahnya dan memberikan
isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan lidahnya masuk kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya keponakanku melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mengerangan kenikmatan. Rasa hangat di dalam rahimku Setelah menyemburkan sperma, Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat lidahnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilatkan sperma yang melekatinya dimulut keponakanku. Setelah itu, Aku membalikkan badanku dan melepas kerudung, rok panjangku ditariknya hingga membuatku dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa spermaku yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar. keponakanku kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang “budhe, tadi enak sekali. memang nikmat”, katanya. Aku tersenyum saja dan lalu berkata, “Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 11 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks ?” “Ah, budhe. ini sudah sering melakukannya sama ibu di rumah..” Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, adikku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya adikku tidak akan mempermasalahkan
hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya. “Terus, mana yang lebih enak ? ibumu atau budhe ini ?” keponakanku tersenyum sambil berkata, “Keduanya sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, lana
masih lebih suka melakukannya dengan budhe soalnya budhe lebih cantik dari ibu, sih..” “Apa kamu sering melakukan dengan ibumu ?” “Kalau ayah ngak ada di rumah saja” Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian keponakanku berkata,
“budhe,lana mau lagi.”

Kamis, 08 April 2010

ummi Annida


ummi Annida sudah cukup lama menjadi ustadzah di rumah bapak amin. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. ummi Annida merasa kerasan karena keluarga bapak amin cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang ustadzah. ummi Annida sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan bapak amin, yang karena kesibukannya sehingga harus menyerahkan kewajibanya membimbing anak-anak kepada ummi Annida.

Walaupun bukan dari kota, ummi Annida tergolong wanita yang cerdas, aktif, dan menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 42 tahunan. Penampilannya seperti umumnya aktifis muslimah. Ia pandai beradaptasi sehingga cepat mendapat banyak rekan terutama partai keadilan. kesibukan membuat jiwa dan raganya sehat, tubuhnya nampak masih sintal, berwibawa dan keibuan.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, ummi Annida masih memiliki energi yang tinggi karena ternyata selain mengajar dan koordinator aktifis, ia penulis yang produktif.

Malam itu, ummi Annida kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan syahwatnya yang menggebu-gebu. Sebenarnya terpikir untuk melakukan onani namun hal itu tak cukup.Akhirnya ummi Annida hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya ummi Annida merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik leleki yang dicintainya. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka sedikit demi sedikit, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi dari bali bra. Tanpa sadar ummi Annida mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”
Kedua tangan ummi Annidaa memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di susunya. ummi Annida terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu, menyelinap masuk lewat bawah jilbab yang masih dikenakan. Ia mengira suaminya yang yang baru datang dari desa dan langsung sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas kedatangannya ini meski sudah larut. Apa tidak takut. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau itu bukan suaminya yang datang?

ummi Annida langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan lelaki yang tengah menggumulinya. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan suaminya?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah raffa, putra tunggal bapak amin yang masih berumur 15 tahunan!?
“raffa?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“ ngapain di kamar ummi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah raffa yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“ummi..ngghh.. anu.. ma-maafin raffa..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah ummi Annida.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak bapak amin berani berbuat seperti itu padanya.

“raffa.. ngghh.. tadinya mau minta tolong ummi bikinin PR..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat ummi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. raffa nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. raffa.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan abah gimana?” Tanya ummi Annida.

“raffa tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab raffa ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya ummi Annida penasaran

Kepala ummi Annida bagaikan disamber geledek mendengar ucapan raffa. Berarti dia tahu perbuatannya yang sering nonton adegan hubungan suami istri di tv, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa raffa pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin ummi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak ummi Annida makin penasaran.
“raffa suka ngintip.. ummi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah baju panjang ummi Annida yang sudah tersingkap lebar.

raffa melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada ustadzahnya itu. ummi Annida dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang terbuka. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu ummi Annida dalam hati.

“Boleh khan ummi?” kata raffa kemudian.
“Boleh apa?” sentak ummi Annida mulai tajam.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta raffa tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali ummi Annida.

“raffa jangan kurang ajar begitu sama ummi.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“ boleh ya..? Nanti Andre bilangin lho..kalo ummi sering nonton ” kata raffa mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata ummi Annida gusar.
“Kalau gitu boleh dong raffa?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, keluhnya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! ummi Annida berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. ummi Annida lalu tersenyum kepada raffa seraya meraih tangannya.
“raffa mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan raffa ke atas payudaranya yang sudah tertutup baju dan kerudung.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
raffa meremas kedua bukit kembar milik ummi Annida dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana raffa.. enak nggak?” Tanya ummi Annida sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir ummi Annida.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?
Setelah berpikiran seperti itu, ummi Annida menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal ummi Annida jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah suaminya, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumulinya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ummi Annida membuka kancing bajunya, menyingkap jilbab dan membiarkan raffa meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. raffa mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah ummi Annida yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit ummi?” tanyanya.

“Nggak ffa. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”raffa mengikuti semua perintah ummi Annida. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir raffa dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

"ups...Oughhh......!!Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss...”
ummi Annida terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan raffa satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan ummi Annida seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan raffa di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya ummi Annida mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. ummi Annida menuntun menuju batas celana dalam.

Raffa terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh ummi Annida.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh ffa!”
Raffa semangat mendengar erangan ummi Annida yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan ummi Annida. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar ummi Annida melenguh. Raffa meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari raffa mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. ffa masukin terusshh.. ya begitu. Oohh anak pinter!” desah ummi Annida mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh raffa berbuat ini dan itu. Tangan ummi Annida mulai menggerayang ke tubuh raffa. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya.
“Mmmpphh..”, desah ummi Annida begitu merasakan batang anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang raffa mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar suaminya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan ummi Annida mengocok perlahan batang itu. rffa melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.... uueeanaakkhh! ” pekik ummi Annida perlahan.

ummi Annida tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat ummi Annida semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang kewanitaannya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu..,Oooohh...Aaahhhh....aaa...aaa...mau...lagi........ ummi Annida merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Raffa terperangah menyaksikan ekspresi wajah ummi Annida yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Araffa menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat ummi Annida kesakitan.

“ummi? ummi Annida kenapa? Nggak apa-apa ?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. ummi Annida justru sedang menikmati perbuatan raffa,” demikian kata ummi Annida seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir raffa dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Raffa senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara ustadzahnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh enakk.. enak sekali. raffa pinter.. uugghh!” erang ummi Annida kenikmatan.
ummi Annida benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik anak ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin raffa masih perjaka tulen. ummi Annida semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh raffa hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu wajahnya dengan penuh nafsu.

Tubuh raffa berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah ummi Annida mempermainkan hidungnya, kemudian melata-lata ke sekujur lehernya. Raffa merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut. Bahkan saking enaknya, raffa merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. ummi Annida rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan pelukanya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan raffa sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh ummi.. kenapa?” Tanya raffa bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, ffa. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh raffa.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, ummi Annida mengarahkan batang raffa persis ke arah liang kewanitaannya. Perlahan-lahan tubuh ummi Annida turun sambil memegang raffa yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak....... ouchhhh?”
“Aduuhh.. ummi Annida.. aapphh..! ” pekiknya.
raffa merasakannya seperti disedot liang kewanitaan ummi Annida. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. ummi Annida tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukannya.

“Auugghh eehhhhhhh..uueennaakk! ” jerit ummi Annida seperti kesetanan.
“Terusssssss, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“ummi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya ...... ayo.. keluarin aja. ummi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Raffa mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang ummi Annida dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh ummi Annida erat-erat, raffa menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” ummi Annida juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan eratnya.
“Ooohh.. achhhhhh....ehhhhhh.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum ummi Annida mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada raafa.
“Gimana. Enak khan?”
“Iya umi, enak sekali,” jawab raffa seraya memeluk ummi Annida.Tangannya mencolek nakal ke buah dada ummi Annida yang menggelantung persis di depan mukanya.

Tangan ummi Annida kembali merayap ke arah batang raffa yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.raffa hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya tubuh ummi Annida ketika menggulumulinya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar ummi Annida dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.