Kamis, 03 Juni 2010

wak fini amirity


Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal syahwat, juga soal uang. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari serawak, namanya wak fini amirity. Menurut nenek wak fini amirity ini tinggalnya di pedalaman jadi agak keras. Tapi saat pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah pedalaman dari wak fini amirity. Wajahnya yang cantik (tak berbeda jauh dengan ummiku) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau wak fini amirity adalah wanita pedalaman. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau wak fini amirity orang pedalaman adalah logat bahasanya.

Akupun langsung akrab dengan wak fini amirity karena orangnya berwibawa, kalem dan keibuan. Wajahnya keliatan keturunan timur tengah dengan tinggi kutaksir 170 cm. Pinggangnya langsing, lebih langsing dari ummi, dan yang bikin pikiran kacau adalah buah dadanya yang kecang. Aku tidak tahu persis ukurannya tapi cukup besar untuk menyembul dari balik gamis dan jilbabnya.

Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah wak fini amirity haus sex. Akan merupakan sebuah pengalaman yang seru jika aku bisa menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan biasanya aku tidur dengan ummi, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.

Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, wak fini amirity dan seorang khodimat. Hari pertama niatku belom berhasil. Bebeapa kali aku menggoda wak fini amirity dengan cerita-cerita menjurus tapi wak fini amirity bergeming. Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi wak fini amirity, malamnya aku coba mengintip saat wak fini amirity mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.

Hari mulai malam ketika wak fini amirity masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat wak fini amirity menarik keatas jilbabnya, lalu menanggalkan gamis merah jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata wak fini amirity tidak memakai apa-apa lagi dibalik gamis tadi. Putih mulus yang kuidam-idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama wak fini amirity membasuh wajahnya. Sejenak wak fini amirity diam dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari wak fini amirity menjeljah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan wak fini amirity bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena punyaku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.

Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik wak fini amirity sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi wak fini amiritye memanggilku lirih.
“jani, nggak baik mengintip,” kata wak fini amirity.
“Ma ma maafin,” jawabku gagap.
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata wak fini amirity lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku sudah di depan pintu kamar mandi. mataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan. Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat wak fini amirity melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.

“Kamu pake ngitip segala,” ujar wak fini amirity.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar,” balasku.
wak fini amirity memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo wak fini amirity tuh orang pedalaman. Ternyata keahlian itu tak memandang desa atau kota ya.

Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian wak fini amirity memdekapku, nikat sekali rasanya. Atau mungkin disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Bebrapa detik kemudian setelah puas, wak fini amirity mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. dan maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat wak fini amirity menggelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut wak fini amirity.

“jani, kamu hebat,” ucap wak fini amirity.
“punya wak wangi dan manis” jawabku disela aktifitas menjilat.
Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus wak fini amirity.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, kamu tertipu ya, tapi ni, sekarang masukin yuk, wak bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata wak fini amirity lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.

Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan tongkatku ke lubang kewanitaanya. wak fini amirity mengerang dan merem melek setiap kuenjot dengan batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan tongkstku ke lubang kewanitaannya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan lubang kewanitaannya ketiga kuenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara aku masih tetep aktif keluar masuk.

Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini wak fini Sambil membungkuk, wak fini menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena tongkatku seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. wak fini mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.

Dalam beberapa menit kemudian wak fini memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke lubang kewanitaannya yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya wak fini sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.

Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“ni, wak fini mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.

Dalam hatiku curang juga nih wak fini, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut tongkatku dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh wak fini memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“wak fini aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya jai, wak fini mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh wak fini dan kamipun mandi bersama.

Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut. Kubiarkan wak fini yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, wak fini langsung menyusul ke kamarku setelah mengenakan gamis dan jilbabnya. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara. Kuhitung ada sekitar 8 kali kami keluar bersama. Aku sendiri heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun yang terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar