Senin, 18 Januari 2010
najwa el chumair
jam dinding didapur menunjukan pukul 8, sebagai seorang
umi yang harus mengurusi keluarga, sudah waktunya untuk menyiapkan
makan malam. nasi putih, sayur, lauk pauk, buah-buahan, dan air
minum telah tertata diatas meja semuanya kukerjakan sendiri mulai
dari belanja dipasar hingga sekarang siap untuk disantap. tapi
ceku anak semata wayangku belum nampak ada apa gerangan ?, aku
bergegas menuju kamarnya mungkin ceku lupa atau masih asik dengan
tugas sekolahnya.
" umi.....umi....umi....oh..ohhh" suara yang sayup terdengar
dari pintu ruang tengah, memang ceku menempati kamar tidur depan
yang tidak terlalu besar. pintu kamarnya terbuka sedikit namun sudah
cukup untuk dapat mengetahui tantang apa yang dibaliknya. "hep."
nafasku tertahan sejenak melihat dari celah pintu itu,kutahan
keterkejutan ini. semakin kutajamkan indara pendengaran dan
penglihatan, ceku sedang duduk dikursi belajarnya menyampingkan
pintu "ceku onani,,"gumamku. tangannyan dengan kencang memegang
alat kelaminnya sendiri, kedua kakinya mekangkang, nafasnya memburu,
bekali-kali kepalanya tengadah menhentak-hentak,matanya manatap
tajam pada selembar foto berbingkai minimalis yang berada diatas
meja. tangan kananya berulang kali mengusap foto itu. dan "tuhan
itu aku...", sekian kalinya aku hanya tertegun diam bak patung
dalam ukuran 20 R gambarku ia belai dari atas hingga bagian kaki.
hampir 12 menit aku mematung hingga "ahhhh... umiiii......."
ceku memeluk erat fotoku. dan dalam kekalutan kutinggalkan kamar
anakku, sesampainya diruang makan aku hanya dapat duduk lemas,
menyandarkan punggung yang terasa seperti tanpa tulang, mataku
menerawang kosong, pikiran ini entah sedang ada dimana.kutelan
ludahku yang tak dapat menghilangkan dahaga disela-sela nafas yang
tak karuan panjang pendek.setelah otakku jalan lagi apa yang
terlintas hanyalah ceku, tak habis pikir dengannya. aku uminya yang
telah mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan taruhan nyawa,
menyusuinya selama 2 tahun. namun aku yang dulu sekuat tenaga
meregang nafas, hingga 1000 otot dan urat sarafku terasa putus kini
bagaikan kemarau setahun yang diguyur hujan sepagi.
dan didalam kegalauanku serumpun iblis dari dasar neraka datang
merasuki jiwaku, berangsur-angsur tenagaku pulih, panjang-pendeknya
nafasku mulai tertata, bayangan ceku menyelinap kejiwa yang kemarau.
kukibaskan lamunan menakutkan ini, berusaha menggunakan akal sehat
dengan sisa-sisa kesadaran yang kupunya. segala setan dan iblis
benar-benar membutakan pandangan mata dan hatiku sebagai seorang umi. nafsu bejad
ini telah memporak-porandakan benteng keimananku yang memang rapuh,
kuturuti syahwat biadab yang tengah merajai pikiranku
kuputuskan untuk melampiaskan hasrat yang selama ini
kupendam, tubuh yang telah berberapa bulan tak mendapat jamahan
suamiku. bangkit dari tempat duduk kulangkahkan kaki menuju kamar
ceku anakku
dari celah pintu yang terlihat anaku sedang menhadapi buku tebal,
membolak-balik lembarannya. bollpoint, pensil, penghapus, dan spidol
warna silih berganti ditagenggaman "selamat malam sayang.." bisiku
mesra dari balik punggun tapat dikuping kanannya.
"malam juga umi" jawabnya tenang yang mungkin karena anakku tak
menyadari siapa yang ada diluar kamarnya sewaktu dia beronani.
kematangan usiaku membuat semua tampak seperti biasa dengan penuh
senyum keibuanku yang terbalut jilbab putih setengah lengan
kusampaikan beberapa kata sebagai pembuka.
"sayang apa tugas rumah dari sekolah dapat kamu selesaikan ?"
kataku "iya nih umi sebagian memang denagn cepat dapat dikerjakan
dan sebagian lagi perlu tenaga tambahan"anakku
"tambahan tenaga???" sahutku polos "kamu belum ingin makan sayang?
kok sedari tadi dikamar saja" imbuhku.
"nantilah umi lagi nanggung lagian sore tadi sudah makan disekolah
ceku" melihat anakku yang sedang belajar keras tak sampai hati untuk
langsung mengutarakan maksudku, ahirnya kupilih duduk diranjang.
baju muslimah bergaya shanghai modern dengan warna gelap membungkus
tubuhku, duduk dengan punggung tegap, paha kaki kiri kusilangkan
bertumpuk pada paha kaki kanan, kedua tanganku sejajar dipinggang.
"say kalau tugasmu sudah selesai bisa bicara sebentar dengan
umi" sapaku pelan, anakku cepat mebalikkan badan menyambut sapaanku."
sudah umi, hanya tinggal merapikan meja saja" sahutnya
setelah tampak rapi ceku menghampiriku yang tengah duduk diranjangnya
ada tatapan aneh yang kurasa pada anakku seperti kaget atau entah
apa yang ada dalam benak pikirannya, namun yang pasti ddapat kutebak
anakku terkagum dengan uminya yang berpenampilan sempurna dalam usia
yang tidah muda.
"ada apa umi?".
"sayang kamu sudah ditingkat smp, secara umum remaja seusiamu sedang
mengalami apa yang disebut masa puber pertama. dimana remaja mulai
merasa tertarik pada lawan jenisnya, fungsi organ sexsualnyapun
meningkat. kadang disertai rasa tidak percaya diri untuk menujukan
identitasnya namun jika mendapat bimbingan yang terarah pastila masa
pubeer pertama ini berjalan sesuai kodrat dan wajar. karena itu
umi ingin kamu dapat belajar dan memahaminya serta mampu menerapkan
pada jalu yang benar dan bertanggungjawab. kamu kelak akan menjadi
dewasa yang cakap dalam bermasarakat". penjelasanku panjang lebar
yang sesekali kubelai rambutnya, kuelus pipinya, dan
"kalau pada masa remaja manusia mengalami puber pertama apa nanti
setelah dewasa akan mengalami puber lagi?"
tanya anakku lugu. karena duduk kami yang dekat ini kujawab dengan
sebuah pelukan, kukecup kening dan pipinya. sebelum kujawab harus
kuketahui sejauh mana masa pubernya, kupererat pelukku.
"nanti pada umur lebih dari 30 tahun manusia akan mengalami puber
kedua, dimana setiap orang pada masa tersebut akan mengalami
kejenuhan dari rutinitas. dia mulai mencari lagi hal-hal baru yang
dapat memberi tantangan" lanjutku.
seperti yang sedang kualami sekarang, rasa jenuh menghantui setiap
saat hingga banyak waktuku yang terlalui hanya untuk melamun tidak
jelas arah pikirnya. ceku merapatkan duduknya dan ampak bahwa
gelora masa puber pertamanya sebagai remaja mulai meninggi, entah
ia sadari atau tidak satu tangannya kini ada pada pahaku tahu hal
itu aku tersenyum pada anaku yang malah membuatnya gugup,
" kenapa sayang? tidak apa apa kok kalau kamu mau umi akan memberi
pengetahuan yang sekiranya kelak akan bermanfaat untukmu" cobaku
menenangkannya. anakku semakin gemetar tak tahu apa yang tengah
terjadi, " cup.." satu ciumanku mendarat didahinya " ayo anakku
lanjutkan lagi, tidak usah takut umi tak akan marah" godaku.
dengan gemetaran anakku meletakkan lagi tangannya dipahaku kuraih
tangan anakku dan kutuntun naik turun menyusurinya kanan dan kiri
mulut kami saling beradu, berpagut-pagutan, lidahku berusaha meliuk
liuk memasuki mulut anakku. "cep ceeepp..." berulang-ulang.
* go and go
gairahku makin menggelora, gemuruh didadaku sudah tak dapat
dibendung dan nafas ini semakin tak karuan. ahirnya aku bangkit
menghadapi anakku yang terduduk ditepian ranjang kudekap kepalanya
serta dengan erat kubenamkan pada belahan bukit kembar yang membusung
ditubuhku, satu tanganya kubimbing untuk bergerilya menyusuri lekuk
tubuh ini. selangkangan paha hingga lutut, naik turun dan kuantarkan
ke salah satu payudara ini kuremas remaskan " ach auah achhhhh hefftt"
tanagn kirinya kuletakan dipinggangku kebelakang kepantat yang bulat.
dan disela-selanya kugosok-gosokan. lama kunikmati permaian ini
hingga kedua kakiku terasa lemas " gantian sayang yachhh..?
anakku bangkit berdiri dan setengah berbaring kuangkat satu
kaki ini, anakku menatap tubuh didepanya dengan mata nanar dadanya
berdedug kencang. kedua tangannya mendarat lagi dipahaku dan langsung
bergerak lincah meraba-raba diiringi remasan-remasan menyusup kebalik
celana dalamku yang masih berbalut rok panjang. naik terus tanganya
hingga meraih dua payudaraku. diremas-remas kengan kencang, rasamya
" ach ach achhhh,,,,," kubantungkan tubuhku diranjang hingga lepaslah
tangan anakku dari payudaraku ini kutarik tangannya sampai ia terjatuh
menindih diatas tubuhku, kedua tangan anakku memeluk tubuhku,
dan kudekap erat kepalanya didada kananku dan tanganya meremas-remas
yang kiri " och uhhh ahhhhh aduchhhh aduchhhhhhhhhh......."
remasanya makindencang membuatku makin tak terkendali hingga
kusiabkan jilbabku dan kutari keras bagian atas baju muslimah yang
kukenakan, tiga kancingnya loncat dan saking kuatnya detak jantungku
hingga membuat payudaraku begoyang-goyang. mata anakku terbelalak
menyaksiakannya, kudekatkan kepalanya " cium ini sayang" jari telunjuk
ku mengarah pada permukaan kulit kuning langsat susuku. mulut anakku
maju dan menciumnya " ach ...lagi sayang lagi.. settt jilatin yach..
ach hufttt...sipppppp enak terus yang terus naik achhhhhhhhh....."
rancauan mulutku sedang kepalalu kbanting kanan kiri. " achhhhhhh"
jilatan anakku makin berani menyapu semua yang tampak, menylinap-inap
kebalik bra dan ahirnya kudorong keatas dadaku " ini sayang buat
kamu hisap' kutunjukan puting susuku pada anakku persis seperti
kala ia masih bayi, kujejelkan pada mulutnya " ach enakkan sayang....
achhh... huftttt settt..... yach ..yachhh... asssss achhhhhh....."
dengan buas ia sedot-sedot putingnya. lidah bibir dan giginya
bermain-main
"Aaah..!!" aku meleguh kecil ketika anakku tiba-tiba mengigit
putingku dan menyedot seakan-akan sedang menyusu. Kugigit bibirku dan
terus kupandangi wajah polos anakku yang sedang dilanda birahi.
"anakku ini kelihatan ganteng " aku membatin.
"Uuhh..." aku kembali mendesah ketika ia dengan cepat menyedot
putingku. Aku semakin tidak tahan, vaginaku terasa berdenyut kencang.
Rangsangan ini begitu hebat, aku semakin tidak tahan, rangsangan
birahi ini betul-betul menyiksaku. Aku menggigit bibirku, entah
kenapa saat itu aku ingin vaginaku disentuh.
Akhirnya dengan pelan-pelan kususupkan tanganku sendiri ke dalam
celana dalamku, vaginaku terasa basah, pelan-pelan kuelus dengan
lembut klitorisku.
"Uhmm terasa enak sekali" kuelus-elus klitorisku sambil sesekali
kumasukkan jariku ke lubang vaginaku, " ach ach settttttttttt"
semakin lama aku semakin tidak tahan, aku ingin sekali ada penis
yang masuk ke dalam vaginaku,
vaginaku betul-betul terasa sangat basah, kulirik anakku ia sudah
melepaskan hisapannya dan menjilat-jilat susuku. Kukecup keningnya
dengan lembut.
"Aku tidak sabar menghadapi semua ini" . Ketika aku ingin dirinya
melirik ke arah celananya, terlihat kemaluannya tercetak di celana,
melihat pemandangan itu aku semakin meneguk ludah, kupandangi lagi
wajah anakku yang semakin terlihat mirip dengan abinya, kemudian
kupandangi lagi kemaluannya.
Perlahan-lahan kupelorotkan celananya, dan dengan hati-hati
kubuka pula celana dalamnya. Aku melotot ketika melihat penisnya
yang sudah berdiri terlihat besar bahkan terlihat lebih besar dari
abinya. Gairahku semakin memucak aku semakin tidak tahan melihat
pemandangan didepanku. Air liurku sudah keluar karena sangat ingin
sekali merasakan kenikmatan.
Kemudian dengan gemetaran kugenggam batang penis itu, pelan-pelan
kukocok penis itu dengan tanganku dan perlahan-lahan pula batang
penis itu semakin tegang berdiri. Mataku semakin melotot melihat
ukurannya semakin membesar dan kemudian tanpa ragu lagi kudekatkan
ke selangkanganku.
"Ehmm penis ini enak banget.." aku menggumam.
Penisnya terasa hangat, kumainkan penis anakku dengan penuh perasaan.
Aku semakin gemas melihatnya yang menindihku dengan gagahnya.
Aku semakin meneguk ludah, vaginaku semakin berdenyut kencang.
Aku semakin gelap mata vaginaku betul-betul menjerit ingin mencoba
penis itu, ku tak peduli lagi dengan keadaan bahwa ia anakku.
Maka dengan segera kutanggalkan pakaian yang ada ditubuhku, kudekati
kembali tubuh anakku lalu kudekap kami saling berciuman dan dengan
posisi jongkok kulucutikan baju anakku, vaginaku terasa merekah
lebar ketika jari anakku itu masuk, dengan cepat kurasakan sensasi
yang nikmat.
"Aah.. enak... ouw ach...........settt ...ahhhhh!" akupun mendesah
merasakan jari itu menusuk vaginaku, kugoyangkan pinggul dan pantatku
agar penisnya semakin terasa. Aku semakin terhanyut dengan
permainanku sendiri sampai aku tidak sadar kalau sudah tak memakai
rok lagi terbangun dan melototiku, tampangnya menyiratkan sejuta
pertanyaan. Ia sangat tidak mengerti akan apa yang ibunya lakukan
terhadapnya.
"Ah.. enak.. uhg.. vaginaku enak.. vaginaku enak banget" kata-kata
kotorku tanpa sadar keluar dari mulutku. Kuremas kedua payudaraku
sendiri sambil tubuhku kubawa naik turun mengocok penis ceku dengan
vaginaku. Kupejamkan mataku meresapi segala kenikmatan yang kuraih
malam ini, kulihat ceku di bawahku tampak wajahnya sangat sayu dan
sesekali memejamkan matanya dengan cepat. Aku mengerti kalau iapun
merasakan nikmat seperti yang kurasakan saat ini. Kedua tangannya
mengepal seperti menahan sesuatu, ditengah kenikmatanku aku tersenyum
dan kukecup bibirnya dengan memeluknya.
"Uh ceku anak umi, enak sayang? Maaf ya umi mau main kuda-kudaan
sama kamu sayang, nggak pa pa kan?" ujarku kepadanya.
Tampak ceku bingung akan berkata apa, mungkin karena kaget ia
diperlakukan seperti itu oleh umminya, sampai akhirnya ia
menganggukkan kepalanya. Akupun semakin mempercepat goyanganku,
penisnya terasa cepat keluar masuk, iapun semakin meleguh tidak
karuan. Kuraih kedua tangannya kusuruh ia meremasi kedua payudaraku
sementara aku tidak menurunkan frekwensi goyanganku.
"Aduh sayang.. enak banget penis kamu... ah .. ah .. vaginaku jadi
nikmat" kata-kata kotorku semakin tidak terkendali. Tanganku
mencengkeram bahu Rino sementara di bawah pantatku semakin
mengeluarkan bunyi ketika bersentuhan dengan pahanya yang sudah
mulai basah oleh cairan nikmat yang meleleh dari dalam vaginaku.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari dalam mulut Rino kecuali erangan
kenikmatan, bahkan kedua tangannya semakin memperkeras remasannya
di payudaraku, akupun semakin semangat menggenjot penisnya di dalam
vaginaku.
"Aduh sayang penis kamu enak banget sayang, ah.. ah.. uh.. enak..
enak"
Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan yang sudah sampai diujung, aku
akan orgasme. Kuputar-putar pantatku secara liar sementara kedua
tangan ceku sudah tidak lagi meremasi payudaraku. Kedua tangannya
mengepal seakan-akan iapun menahan kenikmatan yang amat sangat. Tak
lama kemudian tiba-tiba ia menjerit keras dan kurasakan penisnya
menyemburkan spermanya di dalam vaginaku. Hangatnya cairan spermanya
membuatku semakin cepat menggoyangkan pinggul dan pantatku, sampai
akhirnya...
"Aduh ah ah ampun enak banget... enak vaginaku enak.. enak!" aku
menjerit setinggi langit. Kepalaku kutengadahkan keatas, payudaraku
terasa berguncang hebat, dan pinggulku menghentak-hentak, betul-betul
orgasme hebat yang aku rasakan.
"ceku senang sayang main kuda-kudaan sama ummi ?" tanyaku ketika
nafasnya sudah mulai teratur.
"I.. iya mmi" jawabnya dengan terbata-bata.
"ceku memang anak yang ummi sayang, tapi ingat ceku nggak boleh
ngasih tahu ke abah ya kalau main kuda-kudaan sama ummi, awas
nanti dihukum sama abah" kucoba mengingatkannya agar tidak
memberitahukan kejadian ini kepada suamiku. Ketika ia mendengar
kata dihukum terlihat raut wajahnya yang takut, anggukan kepalanya
membuatku sedikit tenang.
Malam itu sampai pagi tiba, kuajarkan sedikit demi sedikit mengenai
posisi seks, entah berapa banyak aku mengalami orgasme ketika
bercinta dengannya. Bahkan ketika pembantuku sudah menyirami kebun,
di kamar atas ceku masih menggenjot penisnya di dalam vaginaku.
Sampai akhirnya ia menyemburkan spermanya kembali di dalam vaginaku,
hari itu aku betul-betul puas. Rasa yang selama ini kupendam akhirnya
terlampiaskan.
Semenjak saat itu, ceku selalu menjadi pelipur laraku saat aku butuh
seks.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar