Senin, 07 Desember 2009

Ibu Aisyah ibu guruku


Waktu aku kelas satu SMA ada guru bahasa yang cantik dan sangat
enak jika memberikan pelajaran. Namanya Ibu Aisyah umurnya 35,
kulitnya putih halus dan bodynya padat berisi terlebih lagi dia
menikah pada usia dua puluh tujuh tapi sekarang janda karna suaminya
meninggal waktu usia perkawinan mereka baru tiga bulan karena
kecelakaan lalulintas. Yang aku senang dari Ibu Aisyah adalah jika
mengajar ia sering mengikatkan ujung jilbabnya keleher sehingga
bagian atas krah bajunya agak terbuka sehingga tali BH pada bagian
pundaknya sering terlihat oleh aku yang jika pelajarannya selalu
mengambil duduk di depan dekat meja guru. BH yang dia gunakan selalu
warna krem dan itu selalu menjadi tontonan gratisku setiap
pelajarannya.Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah
dipulangkan karna akan ada rapat guru. Aku agak kesal karna
pelajaran kedua bahasa artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan
indah hari ini,dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main
ketempat kawanku.Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok.
Sekitar jam sembilan lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat
sekolah aku melihat Ibu Aisyah sedang menunggu angkot, aku pun
mengajaknya ” mari saya antar Bu ” ajakku tanpa berharap dia mau
” tapi rumah ibu agak jauh ko ” ia mencoba menolak
” gak pa-pa kok bu, gak enak sama guru PPKN ” candaku
setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau ” iya deh tapi ibu
pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari motor ”
” silahkan Bu ” setelah itu kau menjalnkan motorku dengan
kecepatan sedang.Tangan Ibu Aisyah yang berpegangan pada pahaku
menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi jika mengerem pada lampu
merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang.
Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain
aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk
Ibu Aisyah bicara “ibu ganti baju dulu ya ko ”
setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karna kurang
rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana
yang masuk kekepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk
mengintip ke dalam. Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana
Ibu Aisyah sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah
kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu
sudah cukup membuat napasku membuat nafasku memburu karna kau bisa
melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat
keluar. Karna terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget
dan hanya bisa mematung karna ketakutan. Bahkan penisku langsung
mengkerut.Melihat aku, Ibu Aisyah tidak terlihat kaget dan tetap
membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku
” kamu sering ngeliat BH ibu kan ” tanyanya didekat telingaku
” i..iya Bu ” jawabku ketakutan.
” kalau gitu ibu kasih kamu hukuman ” lalu ia menarikku dan
didudukkan ditepi tempat tidur.” sekarang kamu baring tutup mata
dan jangan gerak kalo teriak boleh aja ” katanya dengan suara
nafas yang agak memburu.Aku pun menurut karna merasa bersalah.
Lalu ia membuka bajunya tanpa melepas jilbab dan BH, mengangkat
rok panjangnya hingga pinggang menurunkan CDnya dan mengelus-elus
pangkal pahanya dengan lembut, setelah memeknya agak basah
disodorkanya kewjahku “auh.. uh.. uuh ..” rintihnya menahan
kenikmatan semantara tangan Ibu Aisyah membenamkan kepalaku
ke selangkanganya.“ah .. mmhh.. ohh” rintihnya karna aku menjilat
dan menghisap miss v nya sesekali kujelajahi lobang vagina
Ibu Aisyah dengan lidahku malah aku semakin hebat menyedot
klitorisnya. Tubuh Ibu Aisyah semakin mengejang dan tanpa bisa
dibendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung
menelanya sambil berpegangan pada dua pangkal paha putih mulus
milik Ibu Aisyah Rasanya seperti sedang melayang, kutelan habis
sperma Ibu Aisyah sementara aku masih terbaring kaku, malu takut
dan senang bercampur jadi satu. Ibu Aisyah lalu berdiri dan
tersenyum “gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?”
sambil kedua tangannya menjambak rambutku
“iya Bu enak sekali” jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.
Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu
membimbingku duduk ditempat tidur. Kami berpelukan dan ibu
kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya
menanggalkan seluruh pakaian ku, dengan tangkas aku mengimbangi
gerakan tangan itu sehingga akhirnya kusingkapkan kain1/2 bulat
yang menutupi buah dada Ibu Aisyah. Tali BH turun kelengan
panjangnya karna memang sengaja tak ku lepas pengaitnya.
Ibu Aisyah melepaskan ciuman dibibirku lalu mengarahkan kepala ku
kebawah yaitu payudaranya, aku segera meremas-remas dadanya,
sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang.
Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan
menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya
hebat sekali Ibu Aisyah bergoyang sambil meracau dengan kata-kata
yang tak jelas. Setelah itu Ibu Aisyah berdiri sehingga aku
berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu
membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan
vaginanya yang sudah banjir itu.
Setelah itu Ibu Aisyah merebahkan diri di ranjang tangannya
mendekap kepalaku pahanya dibuka lagi. Sehingga memudahkan aku
menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan
menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh
Ibu Aisyah semakin mengejang hebat
“sshh.. aahh.. terus ko” pintanya diikuti desah nafasnya.
Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada
kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu menindihku
“masukkan ya Ibu Aisyah udah gak tahan” katanya dengan terengah
dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tek pernah lagi
merasakan penis semenjak suaminya meninggal.
Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat “slep..slep..slep”
kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Ibu Aisyah.
sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan
meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.
“uh..ah..mm..ssh..terus ko..mmh” desahnya sambil meremas pantatnya.
Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat
berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami
“bergoyang”.“ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. biarin aja di situ
ko mmh ..” rintih Ibu Aisyah terpejam.
Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo
karna juga merasakan sesuatu yang akan keluar.
“sshh..aarrgghh” jeritnya sambil mencengkram punggungku,
“aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku
menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.
Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa
memandikan penisku didalam vaginanya.Kami menikmati puncak
orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku
setelah sangat lelah dan bebaring di sebelahnya sambil meremas
dadanya pelan-pelan.Kemudian dia menindihku lagi dan bertanya
“gimana hukuman dari Ibu Aisyah..?”
“enak Bu hukuman terenak didunia makasih ya”
“ibu yang terima kasih udah lama ibu bendung hasrat,
hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan kekamu semuanya”
sambil mencium ku.Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali
melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehnik dan gaya yang
berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu
SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi
dan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar